MEMBANGUN SEMANGAT NASIONALISME (Sebuah catatan kecil untuk Mbah Dar) oleh Choirul Anwar
Beraneka ragam kegiatan mewarnai setiap acara peringatan HUT RI Ke 71. Ekspresi peringatan yang diselenggarakan oleh berbagai elemen masyarakatpun berbeda-beda, masing-masing memilih sesuai maqomnya. Bebeda-beda tetapi tetap satu tujuan yakni menggelorakan semangat nasionalisme untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Pagi itu tak sengaja saat cheking persiapan kendaraan hias peserta nomor urut 15 dari Kecamatan Magersari posisi di depan Masjid Agung Al Fattah Kota Mojokerto, di sebelah barat Alon-Alon Kota Mojokerto, area yang dipersiapkan sebagai tempat start karnaval pawai pembangunan kendaraan hias dalam rangka memperingati HUT RI Ke 71 Kota Mojokerto tanggal 20 Agustus 2016 sekitar pukul 09.30 WIB.
Tepat dibelakang kendaraan hias Kecamatan Magersari terlihat seseorang berpenampilan nyentrik dan bergaya slebor berdiri di samping sepeda onthelnya, dua sepeda onthel tempo dulu dipampang diatas jagrak yang dipersiapkannya.
Mbah Dar, sapaan akrab pria tersebut, dengan pakaian berwarna coklat mentah, baju klombor lengan panjang dengan empat saku atas bawah, lengkap dengan model pangkat diatas pundak, logo merah putih menempel diatas saku sebelah kanan dan pin sepeda onthel telah menghiasi dada kirinya.
Celana komprang dengan ukuran sepertiga dilengkapi model saku pakaian lapangan terlihat serasi dengan baju yang dikenakannya, tampak semakin pantas walau belum mengenakan sepatu setelannya. Sabuk kulit berwarna hitam kebiruan, model sabuk lebar bersaku ala kuno, mengikat perut tubuh kerempeng Darsono, nama lengkap Mbah Dar, warga Kauman, Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto ini.
Rambut gondrong sebagian jatuh terurai didepan pundak kebawah hingga perut menutup separo logo bendera merah putih. Beberapa asessoris menghias bagian depan dan sisi kanan topi kulit hitam yang dipakainya. Tak kentara tubuh kenthing dengan kulit kuning langsap kehitaman ini sudah mencapai usia senja.
Berapa mbah usianya ? Saya sudah berusia enam puluh sembilan tahun. Dengan jawaban santun terkesan sabar bersahaja dihias senyum khasnya, sempat menyita perhatian beberapa personil kendaraan hias yang sedang mempersiapkan diri mengikuti pawai, berkerumun melihat Mbah Dar dan sepeda onthelnya yang sedang tampil seorang diri diluar komunitas PASOMO, Paguyuban Sepeda Onthel Mojokerto.
Apa Mbah Dar mau ikut karnaval dengan sepeda onthel ini ? Ya saya mau ikut, jawabnya. Urutan peserta nomor berapa Mbah ?, dijawabnya dengan sedikit gagap, saya tidak pakai nomor urut peserta. Tapi tidak apa-apa kan saya ikut ?, kilahnya balik tanya. Tentu tidak apa-apa, adalah jawaban yang paling bijaksana untuk seorang Mbah Dar. Saya ingin tetap konsisten menggelorakan semangat nasionalisme melalui perayaan ini, lanjutnya.
Pernik-pernik asessoris dengan macam ragamnya melengkapi sepeda onthel kesayangannya, entah dari mana dan kapan ia memperolehnya. Terlihat gandul jam kuningan dari sebuah jam berdiri yang biasa kita jumpai di Masjid-masjid peninggalan jaman dulu, dipasang pada bong belakang setir sepedanya.
Banyak sekali macam barang-barang unik dan langka yang menghiasi sepeda onthel Mbah Dar. Termasuk gentho kuningan, patung sance, pedang samurai, uniknya lagi diatas setir terpasang tampak seperti kepala hewan yang sudah mengering dan diawetkan. Ketika ditanya, itu apa Mbah ? Kepala wregul, jelasnya. Oh ternyata seperti itu kepala wregul - dan masih banyak lagi barang antik lainnya.
Walau diusianya yang senja pria pensiunan sopir bus ini, sama sekali tidak nampak renta, mungkin karena aktivitasnya berolahraga sepeda onthel, sehingga tetap kelihatan sehat. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia sudah saya kelilingi, tinggal Sumatra yang belum, ungkapnya.
Sejak tahun 1971 pria ini menggeluti pekerjaan sopir bus. Terakhir saya pensiun nyopir bus mira tahun 2000, jelasnya. Sebelumnya Mbah Dar juga pernah sebagi sopir bus eka dan akas dengan line trayek yang sama Surabaya, Madiun, Yogja.
Mengenai aktivitasnya tour sepeda onthel, pada bulan Mei 2016 saya mengikuti event Bandoeng Laoetan Onthel 2016 yang diselenggarakan oleh Paguyuban Sepeda Baheula Bandoeng, ungkapnya. Informasinya event ini memang diselenggarakan setiap tiga tahunan untuk mempererat tali silaturahmi diantara para onthelis se Indonesia dan melibatkan komunitas onthel di dunia.
Ini kenang-kenangan dari Dedy Mizwar, ungkap Mbah Dar dengan bangganya, sambil memegang pin sepeda onthel yang menempel diatas saku baju sebelah kanan. Saat Mbah Dar hadir dalam Bandoeng Laoetan Onthel sebuah helatan akbar yang dihadiri sang aktor dan produser serial Para Pencari Tuhan yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar tersebut.
Rupanya hoby bersepeda onthel ini sudah digelutinya sejak enam belas tahun silam. Pada tahun 2000 merupakan awal Mbah Dar mengikuti berbagai kegiatan touring keluar daerah. Pernah juga ikut dalam acara sepeda onthel bertajuk Jakarta Onthel Beach Festival." Tahun 2012 di Ancol, saya dinilai kostum terbaik saat itu, jelasnya.
Tak berhenti disitu, ternyata pria senja ini juga menyukai barang-barang langka lainnya, menyimpan pusoko markucung tribuwono berupa keris semar mesem, pantas mungkin senyumnya yang khas identik dan selaras dengan mesemnya seorang dewa yang bernama semar.
Saya juga punya patung anshor, ungkapnya. Patung itu dulu saya peroleh dari bongkaran sekolah SPMA Jalan RA. Basuni Mojokerto. Selain itu Mbah Dar juga mempunyai burung hantu (dares). Haah burung hantu ?.
Ya, burung hantu, burung yang dipercaya sebagian orang, terbang membawa berita pada malam hari dengan kicaunya terdengar reeeesssss sebagai pertanda akan adanya peristiwa kematian. Entah itu benar atau salah, wallohu a'lam bisshowab.
Tiap hari Mbah Dar menyempatkan waktu merawat tiga burung hantu penunggu rumahnya, kesemuanya itu dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang terhadap makhluk ciptaan Alloh, yang harus dilestarikan dan dipertahankan kelangsungan hidupnya. Sebagaimana para pejuang terdahulu mempertahankan kemerdekaan Republik ini hingga titik darah penghabisan.
Terima kasih Mbah Dar....Kini mentari telah menepi ke ufuk barat, sayup sayup dikejauhan terdengar tarkhim mengalun menembus awan yang mulai memega. Tak lama maghrib pun tiba. Terdengar, Haayya 'alal falah....Hayya 'alal falah... kalam adzan menyapa insan. Mari menuju kebahagiaan...mari menuju kebahagiaan. Ya...- KEBAHAGIAAN - yang takkan datang begitu saja tanpa kerja keras, doa dan pengorbanan. Mari kita refleksikan peringatan 71 tahun Indonesia merdeka dalam bingkai ridho Alloh SWT, demi masa depan dzurriyah dan anak cucu bangsa.(ch.ar)