MEMBANGUN SEMANGAT KEBERSAMAAN ( Sebuah Kisah Perjalanan Mengarungi Jeram Exotik Bersama Dokter Citra ) Oleh : Choirul Anwar
Baru saja aku sampai di Kantor setelah melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dilapangan, dan setelah turun dari kendaraan aku langsung bergegas menuju ruangan. Tak lama kemudian, dokter Citra Mayangsari menelephone, menyampaikan rencana wisata rafting dengan semua staf Puskesmas.
Pada esok harinya, Jum'at (16/9), telah disepakati pertemuan di Kantor Kecamatan Magersari. Sekitar pukul 09.00 WIB Bu Citra sapaan akrab dokter Citra Mayangsari yang juga menjabat sebagai Kepala Puskesmas Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini, menyampaikan rencana kegiatan Puskesmas mengadakan wisata rafting ke daerah Probolinggo, bersama-sama dengan Camat dan Lurah se Kecamatan Magersari.
Dipilihnya wisata ini, didorong semangat membangun kebersamaan dan kekompakan baik untuk internal Puskesmas maupun lintas sektor. Sebagaimana kekompakan dan kebersamaan mengendalikan perahu rafting pada posisi masing-masing ketika mengadakan pengarungan menelusuri jeram-jeram yang penuh tantangan.
Tentu saja kami respon dengan baik. Bagaimana tidak, niat baik membangun keakraban bersama Camat dan Lurah se Wilayah Kecamatan ini, tentu punya pengaruh yang cukup strategis didalam meningkatkan kerjasama lintas sektor, sehingga permasalahan-permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat dapat tertangani secara lebih optimal, disamping peningkatan pelayanan kesehatan di internal Puskesmas.
Tak kurang dari 20 menit kami berbincang-bincang diruang tamu Kantor Kecamatan, waktu terasa begitu cepat berlalu. entah saking betahnya berbicara dengan Bu Citra, atau memang 20 menit itu terlalu pendek untuk menyampaikan informasi mengajak kami dan Lurah ke lokasi wisata noars rafting Probolinggo yang telah direncanakan.
" Terima kasih Pak Camat atas perkenannya mengikuti kami bersama-sama dengan Pak Lurah ", ungkapnya, dengan wajah terhias senyum ceria, diiringi sikapnya yang tawaddhu' , rendah hati dan penuh hormat. Tak sedikitpun terbesit tanda-tanda keangkuhan nampak pada perangai wajah cantik ini, sehingga membuat lawan bicaranya selalu betah berbincang-bincang dengannya.
Nampak serasi sekali keceriaan dokter muda belia ini dengan kaos yang dipakainya. Mungkin karena hari Jum'at semua Pegawai terbiasa mengikuti senam di pagi hari sebelum melakukan aktivitasnya. Stelan celana levis dan kaos hitam kebiruan, dengan kra warna kuning mentah, menjadi semakin pantas dengan kombinasi sedikit lipatan warna kuning menutupi ujung lengan pendeknya, membingkai manset yang juga berwarna hitam kebiruan. Nampak semakin ideal dengan jilbab biru yang dikenakannya. Lengkaplah sudah sepatu cats biru tua itu telah menyempurnakannya. Tak satupun terdapat warna kontras yang dipakai oleh Sang Dokter Gigi ini.
Waktu telah berselang sehari, pagi itu Minggu (18/9), bus Tiara Emas Surabaya telah siap dilokasi start disamping Gedung Puskesmas Wates Jalan Lawu Mojokerto. Tepat pukul 07.00 WIB bus mulai bergerak dengan membawa rombongan sebanyak 55 orang. Terasa sekali suasana penuh keakraban disepanjang perjalanan. Diselingi dvd player dengan beberapa tembang kenangan dan sesekali diganti dengan dangdut koplo, menambah semaraknya perjalanan kami. Suasana menjadi lebih hidup ketika canda dan tawa terus mengalir diantara kita.
Sebelum memasuki Kota Pasuruan tiba-tiba dangdut koplo dimatikan. Salah seorang pantia mengumumkan nama-nama penumpang pada setiap perahu karet yang akan ditumpanginya, setelah nama-nama tersbebut diundi yang hasilnya tidak dapat diganggu gugat. Sebanyak 11 perahu telah dipersiapkan mengantar pengarungan, dan setiap perahu terdiri dari 5 orang. Masing-masing tidak boleh meminta dan menentukan dengan siapa mereka dalam perahu tersebut. Tak ada pilihan lain kecuali harus mentaati hasil undian.
Terdengar bisik-bisik canda para lurah yang memang duduknya berada disamping dan dibelakan saya. Beberapa diantaranya berharap bisa satu perahu dengan dokter Citra. Alhasil tak satupun lurah yang memperoleh undian satu perahu dengannya. Mungkin terkesan sedikit centil, tetapi ini adalah canda semata. Terbukti ketika harus koordinasi masalah kesehatan dan harus berhadapan dengan dokter kelahiran Kediri 1982 ini, semuanya kompak, serius, penuh tata krama dalam merespon dan melaksanakan program kesehatan yang telah dicanangkan dan dikomandani Kepala Puskesmas Wates ini.
Yang jelas sikap santun dan andap asor Citra Mayangsari Kepala Puskesmas Wates sejak tahun 2011 ini, justru menjadikan wibawa dan menimbulkan mahabbah dari berbagai pemangku kepentingan. Sehingga mampu membangun kebersamaan didalam mengemban tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan Masyarakat.
Kebersamaan ini juga tersimbol pada kostum yang dipakai semua rombongan Puskesmas. Begitupun Citra Mayangsari tak ketinggalan memakai kaos biru tua lengan panjang dengan kra warna hijau muda. Kombinasi warna hijau juga melekat pada pangkal lengan mengitari pundaknya, dan diujung lengan panjang kaos terdesain model ban yang sewarna dengan kra, menyambung dengan jilbab paris yang dikenakannya. Begitupun dengan celana standart, celana hitam ringan dengan bagian bawah sedikit menutup sepatu bening keunguan yang juga membalut ujung kakinya melengkapi kesiapan menantang jeram bersama rombongan.
Tiada hari tanpa kebersamaan. Sebuah qoul bijak bak melekat pada sikap Citra dalam memimpin Puskesmasnya. Pantaslah kalau segudang prestasi telah diraih Sang dokter gigi lulusan UNAIR tahun 2006 ini, baik prestasi Tingkat Propinsi, maupun Tingkat Nasional. Diantaranya pada tahun 2015 sebagai juara III lomba menu balita Tingkat Propinsi, dan pada tahun 2016 ini, juga telah memperoleh penghargaan sebagai juara III Puskesmas berprestasi Tingkat Propinsi, Juara I dokter gigi teladan Tingkat Propinsi, bahkan yang masih gress masuk the best ten tenaga kesehatan teladan Tingkat Nasional. Dan masih banyak lagi prestasi yang telah diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya. Selain prestasi-prestasi tersebut, pada tahun 2016 ini juga lolos mengantar akreditasi Puskesmas Tingkat Madya.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB tepat, rombongan telah sampai di basecamp Ranugedang Kecamatan Tiris Probolinggo. Udara begitu panas, sinar terik mentari terasa menyengat tubuh hingga basah keringat. Tak lama awan kelam menyambut kedatangan kami. Tetapi ketidak hadiran angin sepoi-sepoi, tetap saja tak mempengaruhi panasnya udara. Hanya dedaunan diam yang seakan terksima menyaksikan kegembiraan kami semua. Hingga udara panaspun tak begitu terasa.
" Monggo kita wel come pastry dulu", ajak dokter dengan dua anak ini, sambil mengarahkan jari telunjuknya keatas, kearah basecamp, yang telah siap sajian minuman dan jajanan. Kebanyakan mereka langsung menikmati minuman air mineral aqua terlebih dahulu sebelum mencicipi makanan khas desa Ranugedang. Beberapa yang lain mengambil gelas plastik menuju termos teh keningar. Ya.... teh keningar terasa nikmat sekali.
Sebelum melanjutkan perjalanan dengan colt mitsubhisi pick up ke lokasi rafting yang jaraknya kurang lebih 5 km. Terlebih dahulu para peserta melaksanakan sholat berjamaah di langgar dekat bascamp. Dengan memanfaatkan ruqshoh bagi musafir, sebagian besar mereka menjama' sholatnya, dengan sholat jama' taqdim qoshor.
Jadwal berikutnya melakukan perjalanan menuju start rafting. Wajah-wajah segar bekas air wudlu langsung mengenakan rompi pengapung, helm dan dayung yang telah dipersiapkan. Masing-masing langsung melompat kendaraan pick up setelah memperoleh penjelasan dari pemandu.
Perasaan gembira terekspresi dengan sorak sorai disepanjang perjalanan. Kendaraan telah berhenti, dan masih harus berjalan kaki kurang lebih 400 m menuju lokasi start rafting. Melalui jalan setapak naik turun dan tajam berliku. Beton rabat tipis dengan garis-garis melintang kasar bekas tarikan sapu lidi terlihat melapisi beberapa bagian jalan. Tentu demi menghindari kelicinan jalan, agar para wisatawan arung jeram noars yang melintasi menuju lokasi start yang curam terasa aman melakukan perjalanan.
Waktu telah bergeser, sekarang pukul 13.30 WIB, semua peserta menuju perahu masing-masing sesuai hasil undian, dengan didampingi seorang pemandu. Start mulai dilakukan secara bergantian diawali doa untuk keselamatan perjalanan. Setiap penumpang telah siap dengan peralatan dayungnya. Sewaktu-waktu menggunakannya menunggu aba-aba pemandu.
Pengarungan sungai pekalen telah dimulai. Sebelum melewati jeram welcome, perasaan cemas sedikit menghantui kami, juga terlihat wajah cemas dokter Kholiq yang seperahu dengan kami. Maklumlah ini adalah pengalaman perdana kami, begitupun dokter Kholiq. Sedangkan tiga lainnya Nur Rohmah, Lukita dan Ade Ayu sudah pengalaman kali kedua, tetapi perasaan cemas bercampur suka cita tetap nampak dan terasa pada kami semua.
Tiba-tiba perasaan cemas hilang berganti suka cita, ketika kami tersadar bahwa tak ada satupun peristiwa kehidupan ini yang lepas dari qudroh dan irodah Alloh. Suara lirih reflek menggerakkan bibir kami berucap " Subhanalloh ", "Maha suci Alloh", dengan segala ciptaanya." Iqro' bismirobbikalladzi kholaq", "Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang mencipta", Firman Alloh ini mengingatkan kami, untuk membaca ayat-ayatNya. Sehingga sepanjang pengarungan selama 2,5 jam ini, sekaligus menikmati Noars Rafting dengan mengaji ayat-ayat ciptaanNya yang indah.
Indah, seindah air bening yang mengalir deras sepanjang masa, menelusuri kali pekalen Ranugedang, diantara liku batu-batu berhimpit kuat. Menyela Dua dinding tebing padas bebatuan. Tampak bagian tebing menjulur kedepan, sementara dibawah permukaan air menggoa kedalam tergerus air. Jeram-jeram curam, tajam dan berliku mengeraskan suara gemericik deras air. Menjadi musik alam yang tiada henti. Ribuan lawa saling bercengkeram bergelantungan menikmati hawa basah terpercik air terjun gua-gua kelelawar. Indahnya panorama alam ini, tentu terdapat hikmah besar dibalik maksud Sang Kholiq Azza Wajalla.
Sementara itu pemandu terus mengendalikan perjalanan perahu menyusuri kali pekalen. Mas Hafid sapaan akrab Sang Pemandu, berusaha memberikan pelayanan terbaiknya kepada kami berlima, mengikat rasa bahagia dalam bingkai keindahan bersama. Tiba-tiba Ade Ayu terpelanting jatuh keluar perahu, ketika perahu melintasi jeram stres. Beruntung jatuh pada posisi air yang dalam dan dekat perahu yang mengiringi kami, langsung diangkat keatas perahu mereka dan kembali menumpang perahu bersama kami pada posisi aliran aman antara air terjun kubah dan air terjun gua ular. Suasana tak berubah, suka cita tetap terpantul pada wajah Ade Ayu. Sebelum akhirnya sampai di rest area sambil menikmati pisang rebus dan susu panas yang sudah tersaji. Alhamdulillah.
Perahu terus berjalan dan sebelum melintasi jeram good bye, akhir dari sebuah pengarungan. Lagi-lagi Dokter yang meneruskan S2 M Kes di UNAIR tahun 2015 ini, mengemas kebersamaan dengan memimpin terjun dari tebing ketinggian 7 meter diatas permukaan air. Sebuah kenangan indah yang mengakhiri perjalanan kami mengarungi jeram-jeram bebatuan di sungai pekalen Ranugedang, Tiris, Probolinggo.
Terima kasih Bu dokter, terima kasih semua saudaraku di Puskesmas Wates, terima kasih Pak Lurah, terima kasih semuanya. Mari kita kokohkan kebersamaan ini untuk mewujudkan masyarakat Kota Mojokerto yang sehat. Dengan dilandasi semangat Lillah, hanya mencari ridho Alloh semata. Semangat yang tak kenal lelah dan tak pernah punah. Semangat yang dapat menumbuhkan kasih sayang sesama insan. Tiada sedikitpun terpengaruh oleh materi dan status, maupun oleh ruang dan waktu. Niscaya Alloh akan memberikan kehidupan yang bahagia bagi kita fiddunya wal akhiroh.. Aamiin...Mari bersama kita belajar. (ch.ar)
( Penulis adalah Camat Magersari Kota Mojokerto. )